Jumat, 10 Januari 2014

SINDROM KEMATIAN BAYI MENDADAK ( SKBM )





A. DEFINISI SKBM

Sindrom kematian bayi mendadak ( SKBM ) atau (SIDS, Sudden Infant Death Syndrome) didefinisikan sebagai kematian medadak bayi atau pada anak kecil yang tidak terkirakan anamnesis dan tidak terjelaskan dengan pemeriksaan postmoterm menyeluruh yang meliputi autopsy ,penyidikan terjadinya kematian dan tinjauan riwayat medis keseluruhan .
Tiga (3) dari 2000 bayi mengalami sindroma kematian bayi mendadak dan hampir ditemui kematian bayi pada saat bayi tertidur. Pada angka kematian bayi, di Indonesia hampir mencapai 31 % angka yang di dapat pada kasus kematian bayi yang tidak jelas penyebabnya.

SKBM merupakan penyebab utama kematian bayi pascaneonatus di negara maju, umumnya mencapai 40–50% dari kematian bayi antara umur 1 bulan – 1 tahun, di Amerika Serikat angka SKBM adalah 1,3 /1000 kelahiran hidup paling tidak 6000 kematian terjadi setiap tahun. SKBM jarang sebelum umur 1 bulan, insiden puncak adalah 2-4 bulan dan 95% dari semua kasus SKBM terjadi pada umur 6 bulan.
Kematian bayi mendadak tidak terduga dan dengan alasan yang tetap tidak jelas, bahkan setelah otopsi, merupakan sarat kematian paling utama pada tahun pertama kehidupan setelah masa neonatus.
Peristiwa ini menggambarkan sindroma bayi mati mendadak (SIDS yaitu Sudden Infant Death Syndrome) adalah suatu kematian yang mendadak dan tidak terduga pada bayi yang tampaknya sehat.
Pada kasus yang khas seorang bayi berusia 2-3 bulan yang tampak sehat, di tidurkan tanpa kecurigaan bahwa segala sesuatunya di luar keadaan yang biasa, beberapa waktu kemudian bayi di temukan meninggal, dan otopsi konvensional gagal menemukan penyebab kematian. Telah di ungkapkan bahwa bayi tampak sehat sebelum meninggal, tetapi riwayat perinatal yang lebih rinci serta pemeriksaan intensif fungsi kardiorespiratorik dan neurologik menghasilkan bukti-bukti bahwa anak tidak berada dalam keadaan yang normal sebelumnya.
Seorang ibu yang merokok pada masa kehamilan meningkatkan risiko sindrom mati mendadak pada bayi. Kematian mendadak pada bayi terjadi ketika bayi kekurangan napas di tempat tidur setelah posisinya menghalangi pernapasannya. Seperti yang dikutip dari AFP, sindrom mati mendadak itu banyak dikaitkan dengan kurangnya respons yang mengejutkan pada otak yang memicu bayi bernapas megap-megap. Dalam kondisi semacam itu, bayi akan menangis untuk merangsang pernapasan normal kembali.

B. PENATALAKSANAAN SKBM
Dengan kemajuan teknologi dan bertambah banyaknya orang tua yang mendapat informasi mengenai SKBM, maka tekanan untuk memantau ventilasi dan denyut jantung semakin meningkat. Terdapat kebutuhan untuk menentukan rentan normal dari denyut jantung, variasi kecepatan denyut jantung, frekuensi dan lama jeda pernapasan, sehingga bayi-bayi yang mungkin mendapat manfaat dengan pemantauan dapat diidentifikasi. Pemantauan denyut jantung (EKG) saat ini lebih maju secara teknis dibandingkan pemantauan ventilasi (pemantauan apnea). Pemantauan apnea tergantung pada gangguan mungkin tidak dapat mendeteksi obstruksi saluran nafas lengkap karena bayi tetap melanjutkan gerakan-gerakan pernapasan. Karena apnea yang serius dapat terabaikan jika hanya melakukan pemantauan gerakan torakoabdominal saja,
maka harus disertakan pula pemantauan denyut jantung.
a) Pada saat ini, sulit untuk memutuskan apakah pemantauan di rumah diperlukan atau diinginkan, atau berapa lama harus dilakukan. Kesanggupan anggota keluarga untuk menangani alat pantau serta melakukan tindakan-tindakan yang tepat terhadap alarm serta alarm palsu merupakan faktor yang kritis dalam mengambil keputusan. Untuk saat ini, kami yakin bahwa program pemantauan di rumah seharusnya tidak terlepas dari riset yang mengevaluasi program tersebut beserta pengaruhnya.
b) Bahkan seandainya mungkin untuk pencegahan SKBM khususnya pada semua bayi beresiko tinggi, beberapa kasus akan terjadi pada bayi yang tidak dianggap beresiko. Dengan alasan ini dan karena menurut definisi kematian datang dengan cepat dan tanpa peringatan maka perlu diberikan dukungan psikologi dan emosi.

Asuhan bidan :
c) a. Beritahu ibu cara menyusui yang benar dan aman karena dikhawatirkan ibu menyusui sambil berbaring yang dapat memungkinkan bayi mengalami sesak napas karena tertutup hidungnya.
d) b. Beritahu ibu untuk tidak membiarkan bayinya tidur dalam keadaan tengkurap, jika bayi tertidur seperti itu maka ibu seharusnya merubah posisi tidurnya.
e) c. Beritahu orang tua untuk berada jauh dari bayi saat merokok.

Peran Orangtua :
a) Harap waspada jika anak sedang berada dalam ayunan atau tempat tidur dengan bantal, mainan lunak, dan besar, yang bisa menyebabkan muka bayi tertutup dan mempengaruhi dia bernapas. Jauhkan bayi anda dengan kondisi kepala terbuka. Pastikan suhu ruangan (sekitar 65 derajat Fahrenheit), terutama jika anda membedung bayi.
b) Orang tua jangan memakaikan baju berlebihan, pakailah pakaian seperlunya saat bayi tidur.
c) Orang tua sangat diharapkan tidak merokok di sekitar bayinya dan menjauhkan bayi dari orang-orang yang merokok. 

CONTOH KASUS SINDROM KEMATIAN BAYI MENDADAK :

SUBJEKTIF
1) Ibu mengatakan bayinya umur 2 bulan
2) Ibu mngatakan tiba-tiba suara tangisan bayinya melemah ,nafasnya sangat cepat
OBJEKTIF
a) Keadaan umum : sangat lemah
b) Pernafasan : > 60 x permenit ,tidak teratur
c) Frekuensi jantung : 140 x permenit ,tidak teratur
d) Nadi : 40 x per menit , tidak teratur 

ASSESSMENT
Bayi meninggal mendadak / sindrom bayi mendadak ( SKBM )

PLANNING
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada orang tu bayi
2. Menjelaskan kepada orang tua bayi mengenai apa yang dimaksud dengan bayi meninggal mendadak / sindrom kematian bayi mendadak ( SKBM )
3. Memberikan dukungan psikologi dan emosi pada orang tua bayi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar