Menopause
A.
Definisi
Menopause adalah haid
terakhir pada wanita, yang juga sering diartikan sebagai berakhirnya fungsi
reproduksi seorang wanita. Oleh karena itu, tidak jarang seorang wanita takut
menghadapi saat menopausenya. Kehidupan menjelang dan setelah menopause inilah
yang sering disebut sebagai ‘masa senja’ atau masa klimakterium.
Diagnosis
menopause dibuat setelah terdapat amenorrhea sekurang- kurangnya satu tahun.
Berhentinya haid dapat didahului oleh siklus haid yang lebih panjang, dengan
perdarahan yang berkurang. Umur waktu terjadinya menopause dipengaruhi oleh
keturunan, kesehatan umum dan pola kehidupan. Ada kecenderungan dewasa ini
untuk terjadinya menopause pada umur yang lebih tua. Misalnya pada tahun 1915,
menopause dikatakan terjadi sekitar umur 44 tahun, sedangkan pada tahun 1950
pada umur yang mendekati 50 tahun. Penelitian Agoestina dalam tahun 1982 di
Bandung menunjukkan bahwa pada umur 48 tahun, 50 % dari wanita Indonesia telah
mengalami menopause.
Menopause
rupanya ada hubungan dengan menarche. Makin dini menarche terjadi,
makin cepat menopause timbul; sebaliknya, makin lambat menarche terjadi, makin
cepat menopause timbul. Pada abad ini umumnya Nampak bahwa menarche makin
dini timbul dan menopause makin lambat terjadi, sehingga masa reproduksi
menjadi lebih panjang. Walaupun demikian, di Negara- Negara maju rupa-
rupanya menarche tidak bergeser lagi ke umur yang lebih muda;
tampaknya batas maksimal telah tercapai.
Menopause
yang artificial karena operasi atau radiasi umumnya menimbulkan keluhan yang
lebih banyak dibandingkan dengan menopause alamiah.
B. Etiologi Menopause
Menopause terjadi secara fisiologis akibat
hilang atau berkurangnya sensitivitas ovarium terhadap stimulasi gonadotropin
yang berhubungan langsung dengan penurunan dan disfungsi folikuler. Oosit di
dalam ovarium akan mengalami atresia, folikel mengalami penurunan kualitas dan
kuantitas folikel secara kritis setelah 20-25 tahun sesudah menarche. Oleh
karena itu pada fase perimenopause dapat terjadi siklus menstruasi yang tidak
teratur. Selain itu ketidakteraturan menstruasi juga terjadi akibat fase
folikuler pada fase siklus menstruasi yang memendek.
C. Patofisiologi Menopause
Sebelum seorang wanita mengalami menopause,
telah terjadi perubahan anatomis pada ovarium berupa sclerosis vaskuler,
pengurangan jumlah folikel primordial, serta penurunan aktivitas sintesa hormon
steroid. Penurunan hormon estrogen akan berlangsung dimulai pada awal masa
klimakterium dan makin menurun pada menopause, serta mencapai kadar terendah
pada saat pascamenopause.
Penurunan
ini menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negatif terhadap hypothalamus,
yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan produksi gonadotropin sehingga
membuat pola hormonal wanita klimakterium menjadi hipergonadotropin,
hipogonadisme. Dengan menurunnya kadar estrogen di dalam tubuh maka fungsi
fisiologis hormon tersebut akan menjadi terganggu. Perubahan fisiologik
sindroma kekurangan estrogen akan menampilkan gambaran klinis berupa gangguan
neurovegetatif, gangguan palkis, gangguan somatic, dan gangguan siklus haid.
D.
Gejala Menopause
Turunnya fungsi ovarium mengakibatkan hormon
terutama estrogen dan progesteron sangat berkurang di dalam tubuh kita.
Kekurangan hormon estrogen ini menyebabkan perubahan-perubahan :
1. Perubahan Organ
Reproduksi
Akibat berhentinya haid, berbagai organ
reproduksi akan mengalami gangguan, diantaranya :
a.
Uterus
Uterus mengecil, selain disebabkan atrofi
endometrium juga disebabkan hilangnya cairan dan perubahan bentuk jaringan ikat
interstesial. Serabut otot miometrium menebal, pembuluh darah miometrium
menebal dan menonjol.
b.
Tuba Falopi
Lipatan-lipatan tuba menjadi lebih pendek, menipis dan
mengkerut, endosalpingo menipis mendatar dan silia menghilang.
c.
Serviks
Serviks akan mengkerut, epitelnya menipis dan mudah cedera. Kelenjar
endoservikal juga atropi dan lendir serviks menjadi berkurang.
d.
Vagina
Terjadinya penipisan vagina menyebabkan hilangnya rugae, berkurangnya
vaskularisasi, elastistik yang berkurang, sekret vagina menjadi encer.
e.
Dasar pinggul
Kekuatan dan elastistik menghilang, karena atrofi dan melemahnya daya
sokong prolaps utero vaginal.
f.
Perineum dan anus
Lemak subcutan menghilang, atrofi otot sekitarnya menghilang yang
menyebabkan tonus spincter melemah dan menghilang.
g.
Vesica Urinaria
Aktivitas kendali otot kandung kemih menurun sehingga lebih sering ingin
buang air kencing.
h.
Payudara
Bentuk payudara akan mengecil, mendatar dan
mengendor. Hal ini terjadi karena pengaruh atrofi pada kelenjar payudara.
Puting susu mengecil dan pigmentasinya berkurang.
2 . Perubahan Hormon
Pada kondisi menopause reaksi yang nyata adalah
perubahan hormon estrogen yang menjadi berkurang. Begitu juga perubahan yang
terjadi pada hormon progesteron. Menurunnya kadar hormon ini menyebabkan terjadi
perubahan haid menjadi sedikit, jarang, bahkan siklus haidnya mulai terganggu.
Hal ini disebabkan tidak tumbuhnya selaput lendir rahim akibat rendahnya hormon
estrogen.
3. Perubahan Fisik
Ketika seseorang memasuki masa menopause, fisik
mengalami ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi secara
tiba-tiba di sekujur tubuh, misalnya pada kepala, leher dan dada bagian atas.
Kadang-kadang rasa kaku ini dapat diikuti dengan rasa panas atau dingin,
pusing, kelelahan, jengkel, resah, cepat marah, dan berdebar-debar . Beberapa
keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu:
1.Ketidakteraturan Siklus Haid
Tanda paling umum adalah fluktuasi
dalam siklus haid, kadang kala haid muncul tepat waktu, tetapi tidak pada
siklus berikutnya. Ketidakteraturan ini sering disertai dengan jumlah darah
yang sangat banyak, tidak seperti volume pendarahan haid yang normal. Normalnya
haid akan berakhir setelah tiga sampai empat hari, namun pada keadaan ini haid
baru dapat berakhir setelah satu minggu atau lebih.
2.
Gejolak
Rasa Panas (Hot flushes)
Arus panas biasanya timbul pada saat
darah haid mulai berkurang dan berlangsung sampai haid benar-benar berhenti.
Munculnya hot flushes ini sering diawali pada daerah dada, leher atau wajah dan
menjalar ke beberapa daerah tubuh yang lain. Hal ini berlangsung selama dua
sampai tiga menit yang disertai keringat banyak. Ketika terjadi pada malam
hari, keringat ini dapat menggangu tidur dan bila hal ini sering terjadi akan
menimbulkan rasa letih yang serius bahkan menjadi depresi.
3.
Kekeringan Vagina
Perubahan pada organ reproduksi, diantaranya pada daerah vagina sehingga
dapat menimbulkan rasa sakit saat berhubungan intim. Selain itu, akibat
berkurangnya estrogen menyebabkan keluhan gangguan pada epitel vagina, jaringan
penunjang dan elastisitas dinding vagina. Padahal, epitel vagina mengandung
banyak reseptor estrogen yang sangat membantu mengurangi rasa sakit dalam
berhubungan seksual.
4.
Perubahan Kulit
Estrogen berperan dalam
menjaga elastisitas kulit, ketika menstruasi berhenti maka kulit akan terasa
lebih tipis, kurang elastis terutama pada daerah sekitar wajah, leher dan
lengan. Kulit di bagian bawah mata menjadi mengembung seperti kantong, dan
lingkaran hitam dibagian ini menjadi lebih permanen dan jelas.
5.
Keringat Berlebihan
Pancaran panas pada
tubuh akibat pengaruh hormon yang mengatur termostat tubuh pada suhu yang lebih
rendah. Akibatnya, suhu udara mendadak menjadi panas sehingga tubuh menjadi
berkeringat. Gejala ini sering dialami pada malam hari.
6.
Gangguan Tidur
Kurang nyenyak tidur pada malam hari menurunkan kualitas
hidup wanita menopause.Estrogen memiliki efek terhadap kuaitas tidur. Reseptor
estrogen telah ditemukan di otak yang mengatur tidur.
7.
Perubahan pada Mulut dan Hidung
Kekurangan estrogen menyebabkan perubahan mulut dan hidung.
Selaput lendirnya berkerut, aliran darah berkurang, terasa kering dan mudah
terkena gingivitis. Kandungan air liur juga mengalami perubahan. Pemberian
estrogen dapat mengurangi keluhan tersebut
8.
Gangguan pada Otot dan Sendi
Banyak wanita menopause mengeluh nyeri otot dan sendi.
Sebagian wanita, nyeri sendi erat kaitannya dengan perubahan hormonal yang
terjadi. Timbulnya osteoartrosis dan osteoartritis dapat dipicu oleh kekurangan
estrogen, karena kekurangan estrogen menyebabkan kerusakan matrik kolagen
sehingga tulang rawan ikut rusak. Kejadiannya meningkat dengan meningkatnya
usia
4 .Psikologis
Aspek psikologis yang terjadi pada lansia atau wanita
menopause amat penting peranan dalam kehidupan sosial lansia terutama dalam
menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan pensiun, hilangnya jabatan
atau pekerjaan yang sebelumnya sangat menjadi kebanggaan wanita menopause
tersebut.
Beberapa gejala psikologis yang
menonjol ketika menopause adalah mudah tersinggung, sukar tidur, tertekan,
gugup, kesepian, tidak sabar, tegang, cemas dan depresi. Ada juga lansia yang
kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual, mereka
merasa tidak dibutuhkan oleh suami dan anak-anak mereka, serta merasa
kehilangan femininitas karena fungsi reproduksi yang hilang. Beberapa keluhan
psikologis yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu:
1. Ingatan menurun
Gejala ini terlihat bahwa sebelum
irienopause wanita dapat mengingat dengan mudah, namun sesudah mengalami
menopause terjadi kemunduran dalam mengingat, bahkan sering lupa pada hal-hal
yang sederhana, padahal sebelumnya secara otomatis langsung ingat.
2. Kecemasan
Banyak ibu-ibu yang mengeluh bahwa setelah menopause dan
lansia merasa menjadi ekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya
tidak pernah dikhawatirkan. Kecemasan pada ibu-ibu lansia yang telah menopause
umumnya bersifat relatif, artinya ada orang yang cemas dan dapat tenang
kembali, setelah mendapatkan semangat/dukungan dari orang di sekitarnya, namun
ada juga yang terus-menerus cemas, meskipun orang-orang disekitamya telah
memberi dukungan. pencemas. Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan
adanya kAkan tetapi banyak juga ibu-ibu yang mengalami menopause namun tidak
mengalami perubahan yang berarti dalam kehidupannya.
3.Stress
Tidak ada orang yang bisa lepas dari rasa cemas, termasuk
para lansia menopause. Ketegangan perasaan atau stress selalu beredar dalam
lingkungan pekerjaan, pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga bahkan
menyelusup ke dalam tidur. Kalau tidak ditanggulangi stress dapat menyita
energi, mengurangi produktivitas kerja dan menurunkan kekebalan terhadap
penyakit.
4. Depresi
Dari penelitian-penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat
dan Eropa diperkirakan 9,00% s/d 26,00% wanita dan 5,00% s/d 12,00% pria pernah menderita
penyakit depresi yang gawat di dalam kehidupan mereka. Setiap saat,
diperkirakan bahwa 4,50% s/d 9,30% wanita dan 23,00% s/d 3,20% pria akan
menderita karena gangguan ini. Dengan demikian secara kasar dapat dikatakan
bahwa wanita dua kali lebih besar kemungkinan akan menderita depresi daripada
pria.
Wanita
yang mengalami depresi sering merasa sedih, karena kehilangan kemampuan untuk
bereproduksi, sedih karena kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, dan
kehilangan daya tarik. Wanita merasa tertekan karena kehilangan seluruh
perannya sebagai wanita dan harus menghadapi masa tuanya.
Depresi
dapat menyerang wanita untuk satu kali, kadang-kadang depresi merupakan respon
terhadap perubahan sosial dan fisik yang sering kali dialami dalam fase
kehidupan tertentu, akan tetapi beberapa wanita mungkin mengembangkan rasa
depresi yang dalam yang tidak sesuai atau proporsional dengan lingkungan
pribadi mereka dan mungkin sulit dihindarkan
E.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Menopause
1.
Usia
Saat Haid Pertama Kali (Menarche)
Beberapa ahli yang melakukan
penelitian menemukan adanya hubungan antara usia pertama kali mendapat haid
dengan usia seorang wanita memasuki menopause. Kesimpulan dari
penelitian-penelitian ini mengungkapkan, bahwa semakin muda seorang mengalami
haid pertama kalinya, semakin tua atau lama ia memasuki masa menopause.
2.
Jumlah
Anak
Meskipun belum ditemukan hubungan
antara jumlah anak dan menopause, tetapi beberapa peneliti menemukan bahwa
makin sering seorang wanita melahirkan maka semakin tua atau lama mereka
memasuki masa menopause.
3.
Usia
Melahirkan
Masih berhubungan dengan melahirkan
anak, bahwa semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia mulai
memasuki usia menopause. Penelitian yang dilakukan Beth Israel Deaconess
Medical Center in Boston mengungkapkan bahwa wanita yang masih melahirkan di
atas usia 40 tahun akan mengalami usia menopause yang lebih tua. Hal ini
terjadi karena kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ
reproduksi. Bahkan akan memperlambat proses penuaan tubuh.
4 . Faktor Psikis
Perubahan-perubahan psikologis maupun
fisik ini berhubungan dengan kadar estrogen, gejala yang menonjol adalah
berkurangnya tenaga dan gairah, berkurangnya konsentrasi dan kemampuan akademik,
timbulnya perubahan emosi seperti mudah tersinggung, susah tidur, rasa
kekurangan, rasa kesunyian, ketakutan keganasan, tidak sabar lagi dll.
Perubahan psikis ini berbeda-beda tergantung dari kemampuan wanita untuk
menyesuaikan diri.
5 .Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi
faktor fisik, kesehatan dan pendidikan. Apabila faktor-faktor di atas cukup
baik, akan mengurangi beban fisiologis, psikologis. Kesehatan akan faktor
klimakterium sebagai faktor fisiologis.
6. Budaya dan Lingkungan
Pengaruh budaya dan lingkungan sudah
dibuktikan sangat mempengaruhi wanita untuk dapat atau tidak dapat menyesuaikan
diri dengan fase klimakterium dini.
F.
Kebutuhan Dasar Menopause
Kebutuhan dasar pada menopause pada
dasarnya sama dengan kebutuhan dasar manusia.
Abraham Harold Maslow (1908-1970), ahli psikologi membagi kebutuhan manusia menjadi 5, yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, sosial, prestise dan aktualisasi diri.
Kebutuhan Dasar Manusia (KDM) menurut Abraham Maslow adalah sebagai berikut:
Abraham Harold Maslow (1908-1970), ahli psikologi membagi kebutuhan manusia menjadi 5, yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, sosial, prestise dan aktualisasi diri.
Kebutuhan Dasar Manusia (KDM) menurut Abraham Maslow adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs), yaitu
kebutuhan makanan, minuman, tempat tinggal lain-lain.
2 Kebutuhan Keamanan (Safety Needs), yaitu kebutuhan
akan perlindungan keselamatan terhadap bahaya atau kekerasan
3 Kebutuhan Sosial (Social Needs) timbul bila kedua
kebutuhan sebelumnya telah dipenuhi, yaitu kebutuhan akan afiliasi,
persahabatan serta memberi dan menerima kasih sayang/dihargai dengan/dari/oleh
orang lain dalam kehidupan sosial masyarakat.
4 Kebutuhan Prestise (Ego/Esteem Needs), yaitu
kebutuhan akan penghargaan untuk penghormatan diri, status, perhatian hingga
penerimaan orang lain, yang muncul bila ketiga kebutuhan sebelumnya telah
terpenuhi. Menurut Maslow kebutuhan ini jarang dapat dipuaskan.
5 Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self-Actualization
Needs) merupakan kebutuhan terakhir apabila keempat kebutuhan lainnya di atas
telah terpenuhi, yang dapat mendorong perilaku seseorang untuk dapat
mempertinggi kemampuan kerja.
Menurut Maslow, kebutuhan dasar manusia tersebut
adalah berjenjang seperti piramid, yang mempunyai anak-anak tangga kebutuhan.
Kebutuhan-kebutuhan harus dipenuhi dari kebutuhan tingkat pertama dan naik ke
tangga-tangga kebutuhan berikutnya, tanpa bisa meloncat (Syukri, 2006).
TANDA-TANDA AWAL KLIMAKTERIUM
DAN MENOPAUSE
1. Tanda Awal Klimakterium
Masa ini ditandai denngan berbagai macam keluhan endokrinologis dan vegetatif, yaitu, terjadi perubahan pada ovarium seperti sclerosis pembuluh darah, berkurangnya jumlah folikel dan menurunnya sintesis steroid seks, lalu henti haid. Dan ditandai dengan turunnya kadar estrogen dan meningkatnya pengeluaran gonadotropin.
Masa ini ditandai denngan berbagai macam keluhan endokrinologis dan vegetatif, yaitu, terjadi perubahan pada ovarium seperti sclerosis pembuluh darah, berkurangnya jumlah folikel dan menurunnya sintesis steroid seks, lalu henti haid. Dan ditandai dengan turunnya kadar estrogen dan meningkatnya pengeluaran gonadotropin.
2. Tanda Awal Menopause
Perubahan yang dialami oleh wanita dengan menjelang menopause adalah; merasa tua, mudah tersinggung, mudah kaget sehingga jantung berdebar, takut tidak bisa memenuhi kebutuhan seksual suami, rasa takut bahwa suami akan menyeleweng. Keinginan seksual menurun dan sulit mencapai kepuasan (orgasme), dan juga merasa tidak berguna dan tidak menghasilkan sesuatu, merasa memberatkan keluarga dan orang lain.
Pada perubahan fisik seorang wanita mengalami perubahan kulit. Lemak bawah kulit menghilang sehingga kulit mengendor, sehingga jatuh dan lembek. Kulit mudah terbakar sinar matahari dan menimbulkan pigmentasi dan menjadi hitam. Pada kulit tumbuh bintik hitam, kelenjar kulit kurang berfungsi sehingga kulit menjadi kering dan keriput.
Karena menurunnya estrogen dapat menimbulkan perubahan kerja usus menjadi lambat, dan mereabsorbsi sari makanan makin berkurang. Kerja usus halus yang semakin berkurang maka akan menimbulkan gangguan buang air besar berupa obstipasi.
Perubahan yang dialami oleh wanita dengan menjelang menopause adalah; merasa tua, mudah tersinggung, mudah kaget sehingga jantung berdebar, takut tidak bisa memenuhi kebutuhan seksual suami, rasa takut bahwa suami akan menyeleweng. Keinginan seksual menurun dan sulit mencapai kepuasan (orgasme), dan juga merasa tidak berguna dan tidak menghasilkan sesuatu, merasa memberatkan keluarga dan orang lain.
Pada perubahan fisik seorang wanita mengalami perubahan kulit. Lemak bawah kulit menghilang sehingga kulit mengendor, sehingga jatuh dan lembek. Kulit mudah terbakar sinar matahari dan menimbulkan pigmentasi dan menjadi hitam. Pada kulit tumbuh bintik hitam, kelenjar kulit kurang berfungsi sehingga kulit menjadi kering dan keriput.
Karena menurunnya estrogen dapat menimbulkan perubahan kerja usus menjadi lambat, dan mereabsorbsi sari makanan makin berkurang. Kerja usus halus yang semakin berkurang maka akan menimbulkan gangguan buang air besar berupa obstipasi.
Perubahan yang terjadi pada alat
genetalia meliputi liang senggama terasa kering, lapisan sel liang senggama
menipis yang menyebabkan mudah terjadi (infeksi kandung kemih dan liang
senggama). Daerah sensitive makin sulit untuk dirangsang. Saat berhubungan seksual
dapat menjadi nyeri.
Perubahan pada tulang terjadi oleh karena kombinasi rendahnya hormon paratiroid. Tulang mengalami pengapuran, artinya kalium menurun sehingga tulang keropos dan mudah terjadi patah tulang terutama terjadi pada persendian paha.
Pada dasarnya menopause dibagi menjadi tiga tahap yaitu masa pramenopause, menopause dan pasca menopause.
Perubahan pada tulang terjadi oleh karena kombinasi rendahnya hormon paratiroid. Tulang mengalami pengapuran, artinya kalium menurun sehingga tulang keropos dan mudah terjadi patah tulang terutama terjadi pada persendian paha.
Pada dasarnya menopause dibagi menjadi tiga tahap yaitu masa pramenopause, menopause dan pasca menopause.
1. Pramenopause
Pramenopause yaitu masa transisi antara masa ketika wanita mulai merasakan gejala menopause (biasanya pada pertengahan atau akhir usia 40 tahun) dan pada masa siklus haid benar-benar terhenti (rata-rata 51 tahun). Pada masa pramenopause akan terjadi perubahan fisik yang berarti.
Pramenopause yaitu masa transisi antara masa ketika wanita mulai merasakan gejala menopause (biasanya pada pertengahan atau akhir usia 40 tahun) dan pada masa siklus haid benar-benar terhenti (rata-rata 51 tahun). Pada masa pramenopause akan terjadi perubahan fisik yang berarti.
2.
Menopause
Masa menopause menandakan haid terakhir. Penentuan masa menopause hanya bisa dilakukan setelah seorang wanita tidak haid lagi selama 1 tahun penuh.
Masa menopause menandakan haid terakhir. Penentuan masa menopause hanya bisa dilakukan setelah seorang wanita tidak haid lagi selama 1 tahun penuh.
3.
Pascamenopause
Masa ini adalah masa setelah haid terakhir seorang wanita. Dengan kata lain, pascamenopause terjadi setelah masa menopause. Biasanya, keadaan fisik dan psikologisnya sudah dapat menyesuaikan dii dengan perubahan-perubahan hormonalnya.
Gejala-gejala dari menopause disebabkan oleh perubahan kadar estrogen dan progesteron. Karena fungsi ovarium berkurang, maka ovarium menghasilkan lebih sedikit estrogen/progesteron dan tubuh memberikan reaksi. Beberapa wanita hanya mengalami sedikit gejala, sedangkan wanita yang lain mengalami berbagai gejala yang sifatnya ringan sampai berat. Hal ini adalah normal. Berkurangnya kadar estrogen secara bertahap menyebabkan tubuh secara perlahan menyesuaikan diri terhadap perubahan hormon, tetapi pada beberapa wanita penurunan kadar estrogen ini terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan gejala-gejala yang hebat. Hal ini sering terjadi jika menopause disebabkan oleh pengangkatan ovarium.
Perubahan hormonal pada tubuh tersebut berakibat munculnya gejala-gejala seperti nyeri sendi & sakit pada punggung, pengeringan pada vagina (sehingga sakit saat melakukan hubungan seksual), sulit menahan kencing, gangguan mood & emosi tinggi sehingga menimbulkan stres, selain itu penurunan kadar estrogen juga mengakibatkan kecenderungan peningkatan tekanan darah, pertambahan berat badan & peningkatan kadar kolesterol. Pada jangka panjang keluhan akibat menurunnya kadar estrogen ini dapat menyebabkan osteoporosis, penyakit jantung koroner, dementia tipe Alzheimer, stroke, kanker usus besar, gigi rontok & katarak.
Bagi kebanyakan wanita keluhan-keluhan tersebut terutama yang bersinggungan dengan kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan dampak negatif pada kualitas hidup & rasa percaya diri. Untuk itu perlu penanganan menopause yang tepat dalam menghadapinya. Saat ini pengobatan yang paling efektif untuk mengobati gejala menopause & sekaligus sebagai pencegahan terhadap osteoporosis adalah dengan terapi berbasis hormon estrogen yang bertujuan untuk menggantikan penurunan estrogen yang terjadi saat menopause. Dan untuk wanita menopause yang masih memiliki uterus (rahim) maka terapi tersebut dikombinasikan dengan progestogen.
Masa ini adalah masa setelah haid terakhir seorang wanita. Dengan kata lain, pascamenopause terjadi setelah masa menopause. Biasanya, keadaan fisik dan psikologisnya sudah dapat menyesuaikan dii dengan perubahan-perubahan hormonalnya.
Gejala-gejala dari menopause disebabkan oleh perubahan kadar estrogen dan progesteron. Karena fungsi ovarium berkurang, maka ovarium menghasilkan lebih sedikit estrogen/progesteron dan tubuh memberikan reaksi. Beberapa wanita hanya mengalami sedikit gejala, sedangkan wanita yang lain mengalami berbagai gejala yang sifatnya ringan sampai berat. Hal ini adalah normal. Berkurangnya kadar estrogen secara bertahap menyebabkan tubuh secara perlahan menyesuaikan diri terhadap perubahan hormon, tetapi pada beberapa wanita penurunan kadar estrogen ini terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan gejala-gejala yang hebat. Hal ini sering terjadi jika menopause disebabkan oleh pengangkatan ovarium.
Perubahan hormonal pada tubuh tersebut berakibat munculnya gejala-gejala seperti nyeri sendi & sakit pada punggung, pengeringan pada vagina (sehingga sakit saat melakukan hubungan seksual), sulit menahan kencing, gangguan mood & emosi tinggi sehingga menimbulkan stres, selain itu penurunan kadar estrogen juga mengakibatkan kecenderungan peningkatan tekanan darah, pertambahan berat badan & peningkatan kadar kolesterol. Pada jangka panjang keluhan akibat menurunnya kadar estrogen ini dapat menyebabkan osteoporosis, penyakit jantung koroner, dementia tipe Alzheimer, stroke, kanker usus besar, gigi rontok & katarak.
Bagi kebanyakan wanita keluhan-keluhan tersebut terutama yang bersinggungan dengan kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan dampak negatif pada kualitas hidup & rasa percaya diri. Untuk itu perlu penanganan menopause yang tepat dalam menghadapinya. Saat ini pengobatan yang paling efektif untuk mengobati gejala menopause & sekaligus sebagai pencegahan terhadap osteoporosis adalah dengan terapi berbasis hormon estrogen yang bertujuan untuk menggantikan penurunan estrogen yang terjadi saat menopause. Dan untuk wanita menopause yang masih memiliki uterus (rahim) maka terapi tersebut dikombinasikan dengan progestogen.
Pengobatan
Tidak semua wanita
pasca menopause perlu menjalani Terapi Sulih Hormon (TSH). Setiap wanita
sebaiknya mendiskusikan resiko dan keuntungan yang diperoleh dari TSH dengan
dokter pribadinya.
Banyak ahli yang menganjurkan TSH dengan tujuan untuk :
1) Mengurangi gejala menopause yang tidak diinginkan
2) Membantu mengurangi kekeringan pada vagina
3) Mencegah terjadinya osteoporosis.
Beberapa efek samping dari TSH :
o Perdarahan vagina
o Nyeri payudara
o Mual
o Muntah
o Perut kembung
o Kram rahim.
Banyak ahli yang menganjurkan TSH dengan tujuan untuk :
1) Mengurangi gejala menopause yang tidak diinginkan
2) Membantu mengurangi kekeringan pada vagina
3) Mencegah terjadinya osteoporosis.
Beberapa efek samping dari TSH :
o Perdarahan vagina
o Nyeri payudara
o Mual
o Muntah
o Perut kembung
o Kram rahim.
Untuk mengurangi
resiko dari TSH dan tetap mendapatkan keuntungan dari TSH, para ahli
menganjurkan:
1) Menambahkan progesteron terhadap estrogen
2) Menambahkan testosteron terhadap estrogen
3) Menggunakan dosis estrogen yang paling rendah.
4) Melakukan pemeriksaan secara teratur, termasuk pemeriksan panggul,
1) Menambahkan progesteron terhadap estrogen
2) Menambahkan testosteron terhadap estrogen
3) Menggunakan dosis estrogen yang paling rendah.
4) Melakukan pemeriksaan secara teratur, termasuk pemeriksan panggul,
dan Pap smear sehingga
kelainan bisa ditemukan sedini mungkin.
Estrogen tersedia dalam bentuk alami dan sintetis (dibuat di laboratorium).
Estrogen sintetis ratusan kali lebih kuat dibandingkan estrogen alami sehingga tidak secara rutin diberikan kepada wanita menopause. Untuk mencegah hot flashes dan osteoporosis hanya diperlukan estrogen alami dalam dosis yang sangat rendah. Dosis tinggi cenderung menimbulkan masalah, diantaranya sakit kepala migren. Estrogen bisa diberikan dalam bentuk tablet atau tempelan kulit (estrogen transdermal).
Krim estrogen bisa dioleskan pada vagina untuk mencegah penipisan lapisan vagina (sehingga mengurangi resiko terjadinya infeksi saluran kemih dan beser) dan untuk mencegah timbulnya nyeri ketika melakukan hubungan seksual. Wanita pasca menopause yang mengkonsumsi estrogen tanpa progesteron memiliki resiko menderita kanker endometrium. Resiko ini berhubungan dengan dosis dan lamanya pemakaian estrogen. Jika terjadi perdarahan abnormal dari vagina, dilakukan biopsi lapisan rahim.
Mengkonsumsi progesteron bersamaan dengan estrogen dapat mengurangi resiko terjadinya kanker endometrium. Biasanya terapi sulih hormon estrogen tidak dilakukan pada wanita yang menderita :
o Kanker payudara atau kanker endometrium stadium lanjut
o Perdarahan kelamin dengan penyebab yang tidak pasti
o Penyakit hati akut
o Penyakit pembekuan darah Porfiria intermiten akut.
Kepada wanita tersebut biasanya diberikan
obat anti-cemas, progesteron atau klonidin untuk mengurangi hot flashes. Untuk
mengurangi depersi, kecemasan, mudah tersinggung dan susah tidur bisa diberikan
anti-depresi.
Estrogen tersedia dalam bentuk alami dan sintetis (dibuat di laboratorium).
Estrogen sintetis ratusan kali lebih kuat dibandingkan estrogen alami sehingga tidak secara rutin diberikan kepada wanita menopause. Untuk mencegah hot flashes dan osteoporosis hanya diperlukan estrogen alami dalam dosis yang sangat rendah. Dosis tinggi cenderung menimbulkan masalah, diantaranya sakit kepala migren. Estrogen bisa diberikan dalam bentuk tablet atau tempelan kulit (estrogen transdermal).
Krim estrogen bisa dioleskan pada vagina untuk mencegah penipisan lapisan vagina (sehingga mengurangi resiko terjadinya infeksi saluran kemih dan beser) dan untuk mencegah timbulnya nyeri ketika melakukan hubungan seksual. Wanita pasca menopause yang mengkonsumsi estrogen tanpa progesteron memiliki resiko menderita kanker endometrium. Resiko ini berhubungan dengan dosis dan lamanya pemakaian estrogen. Jika terjadi perdarahan abnormal dari vagina, dilakukan biopsi lapisan rahim.
Mengkonsumsi progesteron bersamaan dengan estrogen dapat mengurangi resiko terjadinya kanker endometrium. Biasanya terapi sulih hormon estrogen tidak dilakukan pada wanita yang menderita :
o Kanker payudara atau kanker endometrium stadium lanjut
o Perdarahan kelamin dengan penyebab yang tidak pasti
o Penyakit hati akut
o Penyakit pembekuan darah Porfiria intermiten akut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar